Memasuki abad ke 20 pemerintah kolonial Belanda berhasil mengatasi perlawanan bersenjata dibergai tempat di Indonesia. Keberhasilan itu menandai kekuasaan Belanda secara politis di Indonesia. Akan tetapi perlawanan bangsa di Indonesia tidak berhenti. Belajar dari kegagalan perlawanan bersenjata dan tekanan pengaruh politik Belanda, bangsa Indonesia menempuh cara perlawanan baru. Cara baru itu amat ditentukan oleh perkembangan pendidikan di Indonesia.
Perluasan kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia telah membawa perubahan diberbagai kehidupan, misalnya :
1.Di bidang ekonomi menyebabkan kemiskinandan penderitaan rakyat.
2.Di bidang social dilaksanakan diskriminasi dalam kehidupan masyarakat.
3.Di bidang budaya menyebabkan meluasnya kehidupan Barat dalam kehidupan tradisional asyarakat.
Kegagalan mengusir penjajah sebelum masa Pergerakan Nasional, secara umum disebabkan :
1.Perlawanan masih bersifat kedaerahan.
2.Tidak ada koordinasi antar pejuang diperbagai daerah.
3.Perjuangan sangat tergantung pada seorang pemimpin.
4.Pemerintah colonial Belanda melaksanakan politik adu domba.
Penderitaan bangsa Indonesia mendapat simpati dari tokoh masyarakat negeri Belanda, salah satunya adalah Mr.C.Th. van Deventer dan ia berkata, bahwa kerja keras bangsa Indonesia untuk negeri Belanda harus dibayar sepadan. Sehingga muncul program balas budi atau Politik Etis.
Politik Etis atau disebut juga sebagai Trias Politika van Deventer, antara lain berisi program :
1.irigasi( pengairan).
2.transmigrasi( perpindahan penduduk).
3.edukasi (pendidikan ).
Pelaksanaan Politik Etis meskipun dilapangan mengalami penyimpangan ternyata banyak juga manfaatnya bagi bangsa Indonesia.Pelaksanaan pendidikan dari politik etis menyebabkan di Indonesia muncul kelompok masyarakat baru yang disebut golongn terpelajar. Golongan terpelajar menjadi pelopor tumbuhnya semangat nasionalisme di Indonesia yang menjadi dasar munculnya Pergerakan Nasional.
*Perguruan Kebangsaan.
Perguruan Kebangsaan lahir dari keprihatinan tidak semua rakyat Indonesia mampu ke sekolah milik pemerintah.Pemerintah kolonial membatasi pendidikan untuk orang dari kalangan tertentu , yaitu bangsawan atau kalangan yang mampu secara ekonomis. Itulah sebabnya perguruan keangsaan terbuka bagi semua bumi putera, tanpa membedakan dari kalngan manapun.
Adapun Perguruan Kebangsaan dimaksud, antara lain sebagai berikut.
1.Perguruan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara , pada tahun 1920.
2.Perguruan Kayu Taman didirikan oleh Mohammad Syafei pada tahun 1926. Perguruan ini menyiapka para pemuda untuk mengabdi kepada kepentingan bangsa.
3.Perguruan Kesatriyan, didirikan oleh EFE .Douwes Dekker pada tahun1924. dengan tujuan menumbuhkan rasa kebangsaan dan rasa percaya diri sebagai manusia merdeka.
*Pendidikan Islam.
Pendidikan Islam juga berpengaruh terhadap munculnya Nasionalisme Indonesia.Pendidikan Islam ialah pendidikan yang dikelola oleh umat Islam dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai Islam kepada peserta didiknya. Tiga macam system pendidikan dan pengajaran Islam di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.Pendidikan di Langgar atau di Surau.
Langgar atau surau dikelola oleh seorang petugas yang disebut amil, modin atau lebai dan diantara sbagai fungsinya sebagai guru Agama. Pelajaran agama yang diberikan adalah pelajaran dasar, yaitu mepelajari hueruf Arab atau atau menirukan guru yang membacakan surat dalam kitab Al Qur’an.
2.Pendidikan Pesantren.
Pendidikan pesantren merupakan pengembangan dari pendidikan surau atau langgar. Lembaga ini telah dikenal masyarakat Islam Indonesia. Ketika Belanda menyisihkan umat Islam dari model pendidikan Belanda, lembaga sepeti inilah yang menjadi penyangga pedidikan umat Islam.
3.Pendidikan Madrasah.
Pelopor pendidikan madrasah pertama kali didirikan dan dipelopori oleh Nizam El –Muluk seorang menteri dari Arab pada abad ke 1 Masehi.Dalam perkembangannya system pendidikan madrasah ini ada yang sejajar dengan pendidikan dasar dan menengah. Madrasah yang setingkat dengan sekolah dasar dasebut Ibtidaiyah, yang setingkat dengan SMP disebut Tsanawiyah dan yang sederajat dengan SMA disebut Aliyah.
Melalui system pendidikan di langgar atau surau, pondok pesantren, dan madrasah inilah , kekuatan moral para pemimpin Islam tidak pernah pudar dalam berjuang untuk lepas dari penjajahan kolonial Belanda.Pada saat bangsa Indonesia berjuang menghadapi emerintah kolonial Belanda , surau atau langgar, pondok pesantren dan madrasah menjadi basis pertahanan rakyat.
Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang-pejuang muslimpun bermunculan.Banyak dari mereka menjadi tulang punggung perjuangan kemerdekaan.
Beberapa tokoh pejuang tersebut diantaranya, KH Ahmad Dahlan, Abdullah Ahmad, Syeh M Jamil Jambek, H Zainuddin Labai dan KH HHasyim As’ari.
Ciri-ciri perjuangan bangsa Indonesia pada masa pergerakan nasional, antara lain sebagai berikut :
1.Digerakkan oleh golongan terpelajar yang berwawasan luas.
2.Bersifat kebangsaan.
3.Menggunakan organisasi modern.
4.Tidak tergantung pada seorang pemimpin.
5.Tidak mengandalkan perjuangan fisik, tetapi berdasarkan gerakan social, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan politik. (IPS ke 7).
terimakasih, artikel anda sangat bermanfaat..
BalasHapusNajib Darmawan FIAI UII
sama-sama dam terima kasih telah berkunjung ke gubuk saya, eyang Pur.
BalasHapus